12.12.08

biatchy 90210

understanding men and women is easier when it comes to sex.
no wonder i was totally innocent and stupid for the first twenty years...
and now i realize that sometimes only biatches survive the day, especially in jakarta..
the angel has grown bad...
the angel is now a biatch...

8.12.08

aku vegan. aku tak berkurban. dosa?

Detik-detik menegangkan itu dimulai. Detik-detik menuju perayaan daging. Detik-detik itu adalah hari ini, sayang..
Setiap ruas jalan yang kulewat adalah jalan penuh sapi besar berpilox, kambing mungil bernomor. Satu demi satu, angka di kulit perut mereka disebut. Kadang dengan nama manusia. Ibu Layla, Bapak Agus, Bapak Dokter David Mustafa, Tuan Haji Thoriq. Bukan nama kambing, tapi nama pemiliknya. Penguasanya. Dengan beberapa ratus ribu sampai sepuluh juta rupiah saja. Kadang satu nama disebut berkali-kali, dengan banyak nomer.
Setelah angka disebut, sapi dan kambing digeret, ditarik dengan tali, melingkari leher, melingkari hidung. Dirobohkan. Kaki-kaki kurus diikat lagi dengan tali, pisau besar dieluskan perlahan ke leher mereka, setelah mengendus urat nadi kehijauan, pisau besar pun berayun cepat, dan.. tebas. Kepala harus sesefra mungkin dipisahkan dari tubuh besar yang tak henti meronta bebas, sepeti tubuh seorang petinju kekar dibalik jubah kurus dokter gigi, meronta mengalah kalah.
"Ya Sapi, kami telah memohon keikhlasanmu, menjadi korban,untuk kedamaian dan kebersamaan umat, demi Penciptamu.."
Nama Tuhan tak habisnya disebut-sebut selama pembedahan suci itu.
Sekelompok bocah kecil, tiga laki, dua gadis kecil, dengan seorang kakak perempuan yang masih lima sd, tak berkedip mengamati prosesi bersimbah darah suci korban-korban itu. Mereka terus mengikuti, dari pemilihan kambing dan sapi yang lucu-lucu dan senang dicambuk ranting daun, sampai diberi nomer, dan tersungkur tanpa kepala.
"Aku akan jadi penyembelih sapi kalau sudah besar nanti" seru salah satu bocah kecil dibalik pagar dengan bola mata berinar-binar.
"Katanya kerjaan suci loh, nganter mahluk Tuhan ke surga"
Sapi, yang biasa jadi dendeng manis dari mama, paling enak kalau hangat, kenyal.
Bocah-bocah iu sibuk mendiskusikan makanan apa yang paling enak dari kurban suci bernomer 13 yang besar dan megah tadi. Dengan mata penuh binar. Senang, karena akan dianggap berani, menyaksikan pembantaian berdarah yang sering membekukan arah para penonton dewasa, bahan para penjagalnya.
Hanya satu gadis kecil yang tercenung di pelukan kakak perempuannya ang masih 5 SD. Ia teringat kucing belangnya yang lehernya patah dikoyak anjing herder tetangga, dan si belang ditemukan tergantung rafia di pohon berbunga merah muda, seperti kepompong. Abangnya yang rapi bersih kelimis tetawa-tawa sambil memegang rafia biru. Abangnya baru masuk 2 SD.

"Kak, sapi itu kalau mati kemana?"
"Surga,dek"
"Kenapa"
"Karena udah jadi kurban buat semua orang. Dagingnya buat dibagi-bagi semua orng. Kan buat ganti Nabi." si kakak tak hafal lagi cerita guru ngajinya yang ia dengar sambil terkantuk-kantuk.
"Udah jangan nanya lagi, ayo pulang, bantu Mamah nyate." mereka berlalu sambil membawa dua bungkusan besar.

Lalu, dengan nama persaudaraan umat manusia, sapi-sapi kambing-kambing ber-angka itu habis. Berganti rupa menjad gumpalan-gumpalan besar di dalam plastik-plastik hitam. Satu kampung seratus bungkus plastik hitam. Satu kampung kaya seratus bungkus paket bercontainer plastik. Takut merusak wangi parfum jag si mobil macan hitam, katanya.
Dan dengan nama kemanusiaan dan ketuhanan yang penuh kasih dan sayang, ratusan bungkus itu dibag-bagi, seelah dipisahkan dari pesanan pembelinya, kepada umat-umat miskin, kelaparan dan membutuhkan, pada saudara, tetangga, hingga habis tanpa sisa. mungkin bila ada reman-remah sisa, akan dijadikan pakan ayam peternakan Pak Salim.
Bungkusa hitam dan container plastik, menyamarkan merh darah gumpalan besar suci itu.
Atas nama kemanusiaan, dan keyakinan teguh, sema orang meneruskan perayaan peringatan kebesaran hati dua Nabi bsar umat manusia. Sang Ayah dan Anak yang berhati besar.

Kisah pengabdian dan cinta kasih tulus, pengorbanan suci.
San Ayah yang mengabdi pada Tuhan, dan sang Anakyang mengabdi pada Ayah.

Petir saat itu mengglegar besar. Ia bermimpi buruk. Nafasnya deru. Lebih deru dari bercinta. Suara besar memekakkan telinga, dengan cahaya yang membutakan mata, memintanya mewujudkan pengabdian. 'Korbankan anakmu, sembelih ia pada lehernya, sebagai bukti abdimu padaKu..' dengungnya berkali-kali ditelinganya..
Ia terbangun, basah,tubuh kekarnya berkeringat. Rmbut dan jenggot ubannya kusut. Perintah yang tak mungkin.. pikirnya.
Sang anak merasakan galau ayahnya. 'Oh, ayah tercinta, kataka ketakutanmu padaku. Bila kau butuhkan aku, aku akan wujudan semustahil apapun..'
Sang anak berhati suci menyetujui pengorbanan musykil itu.
'Ini perintah Tuhan ya Ayahku yang bijak, aku dan ayah adalah milikNya.. aku rela menjadi kurbanmu ayahku..'
Sang Ayah hancur hatinya, menatap muka sang anak yang penuh binar cahya suci penuh kerelaan, minta dipancung, seolah para santa yang rela ditusuk tombak oleh Tuhan yang mereka Cintai melebihi urat nadi.
Mereka berdua menyusuri bukit tinggi, menemukan batu sembelih yang tepat. Mereka berdoa.
Sang anak pasrah dan yakin, ia rela, dengan senyum peuh cahaya ia menyerahkan lehernya, untuk ditebas ayah yang hancur hatinya.

Ah, kita sudah tahu bagaimana selanjutnya. Seketika sang ayah menguatkan hati mengayunkan kampak lancip ke dekat urat nadi leher sang anak, seketika itu pula Tuhan menggantinya dengan kambing manis yang murni tanpa dosa untuk dipancung oleh sang Ayah.

Pelajaran pengabdian, pengorbanan, cinta kasih akan Ketuhanan, dan kemanusiaan pun dietik dari kisah suci ribuan tahun ini.
Sejak itu pula, ribuan tahun, setiap tahunnya ada satu hari dimana sapi dan kambing meningkat pesat jumlahnya untuk dirayakan. Festival besar, pengorbanan darah suci, untuk mengenang keagungan sifat manusia: Pengabdian yang tulus pada Tuhan.
Festival daging, untuk kemudian disebar pada umat bersaudara yang ada, agar doa-doa suci yang telah ditanam di urat nadi binang-binatang suci it menyebar pada para umat yang memakannya. Karena tak ada binatang yang tidak suci. Mereka tak tahu korupsi. atau narkoba. Kecuali monyet terlatih.

Air mataku meleleh. Apakah hanya aku yang menangisi binatang-binatang ber-angka yang kemudian berubah menjadi buntalan-buntalan plastik besar? Bahwa kita telah menyerah pada harga mati yang sesungguhnya masih ingin melonjak berubah?

Bila festival ini memang festival suci, semangat pengorbanan, keyakinan, membantu sesama umat manusia, penuh cinta kasih akan ketuhanan, haruskah festival suci ini diwarnai dengan banjirnya merah darah sesama mahluk?
Apa yang memberi kewenangan sebegitu besar pada umat manusia dalam memutuskan kelayakan hidup mahluk bumi lain sekenanya? menebas leher sebanyak itu binatang untuk tuhan. leher yang semakin bertambah banyak seiring dengan jumlah manusia yang semakin bertumbuh pesat meraksasa. Cukupkah berdalil buku-buku dan kata-kata suci memberi kuasa akan seluruh dunia? Bukankah buku-uku suci itu pula yangmengajarkan segala cinta kasih dan yakin akan kata hati yang penuh kebajikan.. Bahwa manusia tumbuh dari pilihan.
Oh, teman-temanku yang mulia, yang sedang merayakan hari suci ini.. Bantu beri aku jawaban.
Bila suatu hari nanti aku menjadi seorang muslim yang taat, bolehkah aku memilih ritual apa yang tak ingin kulakukan? Bolehkah aku -bila aku menjadi muslim taat suatu hari nanti- untuk tidak merayakan hari kurban suci ini dengan tdak menyembelih binatang apapun? Apakah aku berdosa bila merayakan hari kurban suci tanpa mencipratkan darah suci?
Sebagai gantinya, dengan uang 500 ribu sampai belasan juta rupiah itu, bisa kusumbangkan menjadi biaya pembangunansekolah di pulau roti, atau biaya pengobatan ibu-ibu bersalin yang mengalami pendarahan hebat di dukuh paruk. Agar mereka tak lagi makan tempe bongkrek penuh jamur beracun..
Oh, teman-temanku tersayang, bila wajib membuat cipratan darah adalah jawabannya, maka dosaku ini tak akan hapus dan semakin besar setiap tahunnya...

Aku vegan. aku tak berkurban. aku dilahirkan dengan suara ayat suci disebelahku. dosa?