gabriel garcia marquez. seratus tahun kesunyian.
oprah selalu berhasil merayu para pemirsanya untuk mengikuti cara hidup yang ia suguhkan dalam setiap episodenya. garis besar setiap episodenya adalah how to fill the hole in your life by embracing other people's heart and life..
mengisi kehidupan orang lain untuk menutupi lubang yang ada dalam hati kita sendiri.
itu sebabnya lebih banyak kaum wanita yang menjadi pengikut setia oprah's way of life ini, sebaliknya kaum laki mengaku menyukai acara ini kalau sedang sendiri (sembunyi-sembunyi). because men fill their life by competing fellows and women fill their life by sharing emotions in all kind of way..
families, dieting, politics, educations, breastfeeding, fashion, celebrities, the world's hunger, books and reading, ideas..
oprah talkshow basically speaks about humanity.. and there's no boundary when it comes to it..
politik dimata para ibu rumah tangga, perang dimata para remaja di dunia ketiga, sampai kadar lemak di perut petinggi politik. siapapun bisa membicarakan apapun.
gabriel marquez, mantan jurnalis kolombia yang kemudian menjadi penulis novel-novel sastra yang kemudian mendapatkan penghargaan nobel untuk karyanya one hundred years of solitude, adalah salah satu penulis yang namanya makin dikenal gara-gara talkshow ini.
dalam salah satu episode oprah book's club tersebutlah seorang penyanyi seksi, shakira, yang pernah menetap di kolombia semasa remajanya, menyebutkan tentang betapa cintanya pada buku ini, dan betapa kagumnya pada mr marquez yang mampu melukiskan kondisi sosial negara yang pernah membesarkannya dulu. bahasanya yang lembut dan indah seolah bisa menunjukkan bahwa masih ada harapan akan kehidupan yang hangat dan manusiawi di kolombia yang waktu itu didera konflik bersenjata. begitu akunya. mr marquez pun menceritakan tentang tempat yang ia diami sewaktu menulis cerita-cerita yang kemudian ia tulis, yaitu sebuah rumah kecil di tengah padang rumput luas dikelilingi oleh pohon dan sungai. 'saya menghabiskan waktu muda saya dengan menjadi wartawan dan melaporkan kejadian-kejadian yang seringkali menyakitkan hati, saat-saat perang, begitu pilu karena yang bisa dilakukan hanya menulis dan melaporkan saja, namun tak bisa mengubah apapun.
di tempat ini, saya bisa menyepi dari ingatan masa-masa perang dan walaupun tak bisa mengubah dunia, namun saya bisa mengubah dunia yang seharusnya dalam tulisan saya.' kurang lebih begitulah katanya.
it's all about human. shakira, oprah, dan juri nobel sudah mengiyakan kedahsyatan buku ini.
lalu, aku pun terkena imbasnya...
dengan segera melangkahkan kaki ke beberapa toko buku berbahasa inggris saja di senayan(tahun 2005 salah satu toko buku itu masih ada tapi sekarang mati gara-gara mr oh yang kebelet bikin film ga laku). baru terasa ternyata imbas oprah nggak cuma mengena aku saja. tapi ternyata entah belasan atau puluhan orang lain (ada yang memang ingin tahu apa isinya dan juga ada yang membeli untuk dijual lagi sebanyak-banyaknya). karena ternyata semua sudah sold out dan harus pesan sampai dua bulanan.
dua bulan lewat..
akhirnya one hundred years of solitude sampai di tanganku, dengan stiker besar bertulis OPRAH'S BOOK CLUB. dalam hati, malu juga sih, baca buku itu cuma karena termakan iklan nobel, oprah dan shakira. tapi penulis mana yang ga bahagia kalo bukunya dibaca orang karena emang bagus?
tiga tahun lewat..
dan buku itu belum abis gw baca..(ini skema keluarga buendia di one hundred years of solitude)
sedangkan davinci code cuma seharian abis.
terus apa yang salah?
aku baca karya-karya marquez lain, the autumn of patriarch, the general in his labyrinth, dan yang terakhir: love in the time of cholera.
aku coba ngintip2 edisi bahasa indonesianya juga..
dan semuanya sama. capek! akhirnya, ora mudheng..mau yang inggris ato indo, palagi latin..
mr M ini dimanapun cara penulisannya sama.
ia menuturkan cerita dari sudut pandang orang ketiga, tak ada dialog kecuali diterjemahkan oleh sudut orang ketiga itu, banyak koma, dan titik hanya ada pada satu chapter.
bayangkan bila kita harus membaca satu kalimat yang isinya ribuan karakter, berisi banyak koma dan satu titik saja. capek! apalagi ini bahasa asing.
memang, patut diakui, bahasanya indah, dan tidak memakai bahasa yang rumit, setelah diterjemahkan ke bahasa inggris tentunya. namun Mr M ini tidak akan pernah langsung bercerita secara lugas seperti penulis-penulis populer seperti dan brown, grisham. ini memang karya sastra.
di autumn of patriarch ia melukiskan suasana istana sang komandan negara yang hancur lebur karena pergerakan bersenjata dengan perlahan seperti orang melukis, kurang lebih ia menulis
'sang burung kematian (vulture-gatau padanannya apa) datang melesat dari udara memasuki teras atas istana yang terbuka, seekor sapi memakan korden putih di tempat sang komandan biasa berpidato pada masyarakatnya....'
Mr M selalu menunjukkan kontradiksi dari apa yang sebenarnya ingin ia sampaikan mengenai kondisi kesadisan atau kesakitan yang dialami oleh negaranya. mungkin karena iklim negara yang diktator dan represif, seringkali melahirkan pemikiran yang lembut untuk menunjukkan perlawanan yang pasti.
dan karena itulah Mr M memenangkan nobel.
tapi tetap saja, aku masih belum bisa menghabiskan satu novel penuh buatan Mr M.
hebat, shakira bisa.
sebagai putri jawa sunda yang sejak kecil sudah terbiasa dengan kisah-kisah pewayangan, raja-raja jawa, legenda-legenda nagari, maka kisah-kisah heroik dan hati besar juga welas asih sudah bukan cerita aneh lagi seharusnya bagi orang-orang indonesia.
Mr M memang pengarang handal, buat kemanusiaan, dan terutama buat negerinya.
tapi buat aku sih, Kisah-kisah di nusantara ini punya yang lebih hebat, karena kita terlibat di dalamnya.
dan sebagai pemenang nobel, kayaknya sih bapak Pramoedya Ananta Toer nggak kalah dibandingkan novel-novel sastra Marquez, Tetralogi Bpk Pram jauh lebih kaya peristiwa, ide dan penokohannya.
mungkin karena marquez lebih dekat lokasinya dengan nobel maka ia dapat penghargaan sejagat itu ya.Padahal kisah-kisah dari Asia jauh lebih kaya. Dan dari cara penceritaan Marquez, beliau sepertinya punya ideologi yang mirip seperti orang jawa, lembut, memberitahu dengan usapan lembut untuk memberi tamparan keras yang menohok di hati.
Nah kalo ada yang suka baca marquez, dan yang udah tamat baca seratus tahun kesunyian, bagi2 ya kesimpulannya..
4 komentar:
Males bangeeeeeeeeeet deh baca postingan elu yang review2 novel gini, apa lagi pake hirarki2 an bgono.. Di kantor dah ngurusin posisi hirarki, skrg mo hiburan aja suruh ngliat hirarki2an lagi?? capedeeeeeee... Cape ah.. Opo seh critane? Bilangin aja, gak usah tulisan hahahaha
ih review novel apaan cuma atu ini kalee.. sape si ni. ketauan ga baca tuh, cuma liat gabar doang.. naa dong nama... sape kek kuncung polan..
..dan lu ngasih gw buku susah itu! gw udah baca sih 100 tahun kesunyian. Tapi sama, nggak abis juga bacanya hahahaha...
Gw sebenarnya suka realisme magis, tapi yang realis lebih menyenangkan untuk dilahap.
Hidup Marquez..hahahaha...
realisme magis? kok ngingrtin gw ama novel Paradoks Magi ya.. hehehe..(ngiklan diri sendiri, lu.. ) ra, gw tunggu buku lu yang laen.. plus gratisan buku2 lu...hahaha...
Posting Komentar